"Hah? Apa iya sih masih kurang? Coba kali ini", kata besi berkepala lonjong. Waktu itu pagi sekali, matahari masih males melek. Begitu juga si manusia. Waktu itu, si manusia itu, ya manusia. Satu-satunya manusia yang masih ada di dunia aneh ini. Berjuang. Kadang sakit hati. Sakit hati sendiri. Tanpa sebab.
Tangan si manusia mencari-cari apa yang ada di depannya. "Aku disini, bangsat.", kata besi berkepala lonjong. Namun si amnusia tak punya telinga. Malah tangan si manusia yang punya. Bergegaslah si tangan manusia mencari arah suara itu. Dan mendapati sebuah toples kaca.
"Selamat datang di dinginnya permukaanku. Kau tahu? aku misterius, punya isi yang tak kau kira sebelumnya. Memang dari awal permukaanku bening. Kau bisa lihat kedalam. Lihat saja ingat! Aku kaca. Jangan sentuh. Aku mudah pecah", kata toples kaca. Sepersekian detik si tangan manusia berhenti bergerak. Si tangan manusia memberikan tanda untuk si manusia untuk menghentikan niatnya. Namun bagaimana lagi.
Si manusia sudah terlanjur melihat isi dalam toples kaca itu. Dibukanya. Tapi lain.
Dua menit.
Si tangan manusia bergetar hebat.
Sekarang si kaki. Si manusia melihat kakinya sendiri. Disebelahi PARTIKEL KOTAK. Ribuan. "Bukan ribuan, bangsat. Aku milyaran!!!", kata PARTIKEL KOTAK bersahutan. Dan sekarang si mata.
Tiba-tiba mengalir begitu saja. Pelan. Ke pipi. Ke sudut mulut. "Asin", kata si lidah. Lalu jatuh. ke si kaki. Ada yang ke PARTIKEL KOTAK. Dan puing toples kaca.
Sebenarnya si manusia menyesal. Atau berpikir?
0 kripik:
Post a Comment