Sementara aku mencoba memahami,
kamu justru memproklamasikan.
Dan aku sebagai rakyat dari negaramu,
terkagum-kagum dengan pemandanganmu,
dengan lansekap kemerdekaan dan monopoli atasku.
Sebagai imigran, aku benar-benar tersanjung.
Dengan okupasi hati ini yang kamu tawarkan.
Jujur saja, sebenarnya aku sudah berhasil meraih alpa dengan negaraku sebelum ini.
Tapi negara ini terlalu indah.
Monopoli atas kecintaan,
telak memukulku.
Bukan.
Telak mengusapku, membasuh.
Aku bukannya malah jadi panas.
Aku justru merasa benar-benar bersyukur.
Setelah aku menjelaskan segala kelengkapan dan kesiapan hati,
negara yang sekarang ini justru semakin memeliharaku.
Mencintaiku.
Mengasihiku.
Saling.
Pengecualian telah aku buat untukmu.
Egois demiku. Silakan. Selamat datang di dunia demokratis.
Tak perlu dipaksa pun, aku semakin cinta.